Pada hari Rabu,
12 November 2014, saya mengunjungi Kedutaan dan Institut Prancis yang terletak
di Jalan M.H. Thamrin No. 20 bersama kedua orang tua saya. Gedung tersebut
memiliki dua pintu masuk, yaitu pintu yang berada di depan jalan raya dan pintu
yang berada di samping. Pada hari itu, orang tua saya telah membuat janji untuk
bertemu dengan Ibu Edhita, perwakilan dari CampusFrance Indonesia. Ruangan Ibu
Edhita terletak di dalam Institut Français d'Indonésie
(IFI), sehingga saya harus masuk melewati pintu depan. Pintu samping adalah
pintu masuk ke dalam kedutaan, sehingga tidak dapat dimasuki oleh orang
yang tidak berkepentingan.
Begitu masuk, terdapat sebuah tempat
terbuka yang dapat digunakan untuk duduk-duduk. Suasana dari tempat tersebut
masih terasa sangat baru dan ada bagian-bagian gedung yang masih berada dalam
proses pembangunan. Saya melihat beberapa orang Prancis yang sedang duduk dan mengobrol.
Lalu, saya masuk ke dalam gedung IFI dan memasuki ruangan Ibu Edhita yang
terletak di sebelah kiri. Ibu Edhita menjelaskan kalau sistem pendidikan di
Prancis sama dengan sistem pendidikan di seluruh Eropa. Yang membedakan adalah kuliah
di universitas negri Prancis itu bebas biaya, kita hanya perlu membayar uang
registrasi yang besarnya sekitar dua juta rupiah per tahun. Tetapi, bagi orang
asing yang ingin berkuliah di Prancis, harus belajar bahasa Prancis setidaknya
sampai tingkat B2, karena universitas negri Prancis menggunakan bahasa Prancis
sebagai pengantarnya. Ibu Edhita juga menjelaskan tentang jurusan-jurusan yang
dapat diambil di universitas Prancis, salah satunya perhotelan di Université d'Angers.
Seusai bertanya-tanya, saya dan
kedua orang tua saya menuju ke lantai dua untuk bertanya mengenai kursus bahasa
Prancis. Kursus di IFI dibagi menjadi kelas super intensif, intensif, semi
intensif, dan reguler. Terdapat tingkat A1.1, A1.2, A2.1, A2.2, B1.1, B1.2,
B1.3, B2.1, B2.2, B2.3, dan B2.4 yang masing-masing tingkatnya dapat
diselesaikan dalam waktu tiga bulan (jika mengikuti kelas reguler). Saya pun
tertarik untuk mengikuti kursus ini, sehingga saya mendaftar di kelas reguler
yang dimulai pada bulan Desember. Saya memilih jadwal hari Selasa dan
Jumat pukul 15.00-17.00.
Seusai mendaftar di kursus IFI,
saya dan kedua orang tua saya pulang karena hari sudah sore. Saya belum sempat melihat-lihat
detil dan fasilitas dari gedung ini, sehingga pada hari Sabtu, 15 November
2014, saya kembali mengunjungi IFI dengan kedua teman saya. Tidak seperti
pertama kali saya datang ke IFI, saya tidak melihat ada orang Prancis. Tetapi
di hari itu, IFI cukup ramai karena banyak murid kursus yang datang.
Saya bersama kedua teman saya
menuju ke lantai dua dan masuk ke perpustakaan yang berada di sebelah kiri
tangga. Saat masuk ke dalam perpustakaan, terdapat sebuah meja yang dijaga oleh
penjaga perpustakaan tersebut. Perpustakaan tersebut tertata dengan rapi dan
memiliki suasana yang sangat tenang. Terdapat kursi-kursi dan meja-meja untuk
membaca. Perpustakaan ini tidak hanya menyimpan koleksi buku,
tetapi juga CD dan DVD musik dan film Prancis.
Kami mengitari perpustakaan tersebut
dan saya menemukan sebuah buku yang berjudul “Trois fêlés et un pendu”. Buku tersebut
ditulis oleh Jean-Hugues Oppel dan diterbitkan oleh Syros pada tahun 2009. Sebenarnya,
terdapat satu buah ruangan yang tersambung dengan perpustakaan ini, yaitu
ruangan yang khusus menjajakan majalah, namun kami tidak memasuki ruangan
majalah tersebut. Lalu, kami menghampiri bapak penjaga perpustakaan dan
bertanya-tanya sedikit tentang IFI.
Bapak
penjaga perpustakaan menjelaskan fasilitas-fasilitas yang terdapat di IFI. Yang
pertama adalah sinema. Sinema ini belum beroperasi, tetapi nantinya akan
menayangkan film-film pendek dan juga akan diadakan festival-festival film
Prancis. Yang kedua adalah cafeteria,
yang menjual makanan-minuman Prancis. Sinema dan cafeteria ini berada di lantai
bawah. Yang ketiga adalah perpustakaan ini
sendiri. Perpustakaan ini memiliki koleksi 15,000 buku, CD, dan DVD. Untuk
meminjam, kita perlu mendaftar menjadi anggota perpustakaan terlebih dahulu.
Biayanya adalah tujuh puluh lima ribu per tahun dan persyaratannya mudah, yaitu
dengan mengisi formulir dan memberikan fotokopi KTP. Bagi murid kursus di IFI,
tidak perlu membayar biaya untuk menjadi anggota perpustakaan. Batas waktu
untuk meminjam buku adalah 14 hari (max. 3 buah), sedangkan CD/DVD 7 hari (max.
1 buah). Meskipun terlihat terpisah, tetapi IFI tetap merupakan bagian dari
kompleks kedutaan Prancis. Lama pembangunan gedung baru ini kira-kira enam
bulan.
Seusai
bertanya-tanya, kami ingin melihat cafeteria yang tadi disebutkan sehingga kami
menuju lantai bawah. Ternyata, cafeteria tersebut juga masih belum beroperasi. Saya
merasa bahwa IFI memiliki suasana yang menyenangkan dan tidak sabar menunggu
sinema dan cafeteria di IFI untuk beroperasi.
Note: Sekarang, Le Café telah dibuka. Makanan yang disediakan antara lain kue dan roti-rotian. Dijual juga makanan berat seperti pasta dan pizza. Harganya dapat dikatakan cukup mahal. Khusus murid IFI mendapatkan diskon 20% untuk setiap pembelian. Yang paling saya suka di cafe ini adalah eclair krim(45k) dan macaron(15k)-nya, terutama caramel macaron-nya (yang warna hitam) benar-benar bikin ketagihan ><
kak saya juga tertarik untuk kursus di IFI, kalau saya boleh tanya-tanya soal IFI dan kuliah di Perancis boleh ga kak ? kalo boleh saya bisa tanya melalui apa ya? merci :D
ReplyDeletemaaf saya baru baca XD
Deletemasih butuh informasinya kah?
saya bisa dihubungi lewat line: mmeidiana :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete